Wednesday, April 17, 2013

Perhatian Seorang Ibu

oleh M Reza Satirta

Suatu malam, Ade sedang sibuk dengan keseruannya bermain gadget. Malam itu dia ingin menghabiskan waktunya dengan menikmati berbagai fitur jejaring sosial (social network). Sekali main, Ade mengoperasikan dua gadget. Ia menikmati berbagai fitur dalam dua gadget-nya antara lain facebook, twitter, yahoo-messenger, hingga blackberry-messenger. Semua dinikmati dengan serunya tanpa mengingat waktu. Ia menikmatinya tanpa lelah dari sejak siang hingga malam tepat pukul sepuluh.

Sesekali ia terpingkal sendiri ketika ia melihat chatting-an dari teman-temannya. Namun di saat yang lain ia merasa berbunga-bunga karena sang pujaan hati selalu membalas chatting-an di gadget lainnya. Di sela keasyikannya, seseorang di luar mendekati kamarnya lalu mengetuk pintu.

“Tok.... tok..... tok..... “

Ade masih dalam keasyikannya menikmati jejaring sosial. Pintu diketok sekali lagi namun ia tidak mendengar. Maka dengan sisa kesabaran yang ada, ibunya langsung menekan engsel pintu ke bawah dan mendapati Ade terbaring dengan headset yang masih menempel di telinganya. Sang ibu segera mendekati dirinya dan melepas salah satu lengan  headset-nya.

“Apa-apaan sih Ma!!” Si Ade langsung teriak menumpahkan kekesalannya.

“Nak, kamu nggak makan dulu. Dari tadi siang kamu asyik aja main hape. Apa kamu nggak mikirin diri sendiri?”

“Ma,  masalah makan apa nggak makan kan gampang.”

“Astaghfirullah Nak, kalau kamu mati gimana?”

Samar-samar Ade mendengar suara ibunya. “Apa Ibu bilang?”

“Kamu nggak takut kalau kamu nanti mati?”

“Ma! Jangan nakut-nakuti Ade dong, kan ngeri.”

“Kamu itu nggak takut kalau mati? ini beneran lho. Orang biasanya kalau nggak makan bakal cepet lemes. Nah, pas lemes itu kemudian jadi kurus dan dalam hitungan beberapa hari saja ia sudah harus dibawa ke rumah sakit. Kalau nggak cepat-cepat, bisa fatal lho. Ya kalau ia dapat pertolongan, kalau tidak? Kematian Nak, renungkan itu, jangan lalai.”

Ade masih terdiam mencerna kata-kata ibunya. Ada sedikit rasa penyesalan karena telah membuang waktunya dengan sia-sia. Tak berapa lama kemudian, ibu mengajak ia untuk makan malam.

“Makan yuk De?”

“Baiklah Ma.” Ade menerima perintah ibunya dengan ikhlas. Sesampai di dapur ia disuruh duduk terlebih dahulu. Sang ibu meninggalkan dirinya dan beberapa saat kemudian ibu membawa beberapa piring berisi lauk-pauk antara lain; nasi, sayur kangkung, dan semur ayam. Ibu juga menyajikan teh hangat ketika makanan itu sudah di meja dan disantap Ade.

Gimana, enak De?”

“Enak sekali Ma, mama baik banget...”

Ibu hanya tersenyum dan kemudian melanjutkan, “Itulah kasih sayang seorang ibu terhadap anak. Lihat saja, mereka seperti itu. Nanti kalau mereka sudah berumah-tangga, ada yang seperti mama nggak nantinya?”
Ade menyesal telah melalaikan kepentingannya sendiri yang seharusnya menjadi prioritas. Kadang kita, termasuk kaum muda perempuan mudah tergoda oleh kesenangan termasuk hal-hal yang berbau teknologi. Hal inilah yang menyebabkan mereka lalai.

Related post



  • Stumble This
  • Fav This With Technorati
  • Add To Del.icio.us
  • Digg This
  • Add To Facebook
  • Add To Yahoo

0 comments:

Post a Comment