oleh M Reza Satirta
Suatu malam, Ade sedang sibuk dengan keseruannya bermain gadget. Malam itu dia ingin menghabiskan waktunya dengan menikmati berbagai
fitur jejaring sosial (social network). Sekali main, Ade
mengoperasikan dua gadget. Ia menikmati berbagai fitur dalam dua gadget-nya antara lain
facebook, twitter, yahoo-messenger, hingga blackberry-messenger. Semua dinikmati dengan serunya tanpa mengingat
waktu. Ia menikmatinya tanpa lelah dari sejak siang hingga malam tepat pukul
sepuluh.
Sesekali ia terpingkal sendiri ketika ia
melihat chatting-an dari
teman-temannya. Namun di saat yang lain ia merasa berbunga-bunga karena sang
pujaan hati selalu membalas chatting-an
di gadget lainnya. Di sela
keasyikannya, seseorang di luar mendekati kamarnya lalu mengetuk pintu.
“Tok.... tok..... tok..... “
Ade masih dalam keasyikannya menikmati
jejaring sosial. Pintu diketok sekali lagi namun ia tidak mendengar. Maka
dengan sisa kesabaran yang ada, ibunya langsung menekan
engsel pintu ke bawah dan mendapati Ade terbaring dengan headset yang masih menempel di telinganya. Sang ibu segera
mendekati dirinya dan melepas salah satu lengan headset-nya.
“Apa-apaan sih Ma!!” Si Ade
langsung teriak menumpahkan kekesalannya.
“Nak, kamu nggak makan dulu. Dari tadi
siang kamu asyik aja main hape. Apa kamu nggak mikirin diri sendiri?”
“Ma, masalah
makan apa nggak makan kan gampang.”
“Astaghfirullah Nak, kalau kamu mati gimana?”
Samar-samar Ade mendengar suara ibunya. “Apa
Ibu bilang?”
“Kamu nggak takut kalau kamu nanti mati?”
“Ma! Jangan nakut-nakuti Ade dong, kan ngeri.”
“Kamu itu nggak takut kalau mati? ini beneran lho. Orang biasanya kalau nggak makan bakal cepet lemes. Nah,
pas lemes itu kemudian jadi kurus dan dalam
hitungan beberapa hari saja ia sudah harus dibawa ke rumah sakit. Kalau nggak cepat-cepat, bisa fatal lho. Ya
kalau ia dapat pertolongan,
kalau tidak? Kematian Nak,
renungkan itu, jangan lalai.”
Ade masih terdiam mencerna kata-kata ibunya. Ada sedikit rasa penyesalan karena telah membuang
waktunya dengan sia-sia. Tak berapa lama kemudian, ibu mengajak ia untuk makan
malam.
“Makan yuk
De?”
“Baiklah Ma.” Ade menerima perintah ibunya dengan ikhlas.
Sesampai di dapur ia disuruh duduk terlebih dahulu. Sang ibu meninggalkan
dirinya dan beberapa saat kemudian ibu membawa beberapa piring berisi lauk-pauk
antara lain; nasi, sayur
kangkung, dan semur ayam. Ibu juga menyajikan teh hangat ketika makanan itu
sudah di meja dan disantap Ade.
“Gimana,
enak De?”
“Enak sekali Ma, mama baik banget...”
Ibu hanya tersenyum dan kemudian
melanjutkan, “Itulah kasih sayang seorang ibu terhadap anak. Lihat saja, mereka
seperti itu. Nanti kalau mereka sudah berumah-tangga, ada yang seperti mama nggak nantinya?”
Ade menyesal telah melalaikan kepentingannya
sendiri yang seharusnya menjadi prioritas. Kadang kita, termasuk kaum muda perempuan mudah tergoda oleh kesenangan
termasuk hal-hal yang berbau teknologi. Hal inilah yang menyebabkan mereka
lalai.
0 comments:
Post a Comment