Proses penumbuhan termasuk proses kehidupan yang terjadi di muka bumi ini, dan ia merupakan sebagian dari bukti akan kekuasaan Ilahi di alam semesta. Seandainya tidak ada proses penumbuhan, maka tidak ada tumbuh-tumbuhan di dunia. Seandainya tidak ada tumbuh-tumbuhan di bumi, maka tidak ada klorofil. Dan seandainya tidak ada klorofil, maka tidak ada kehidupan di bumi.
Allah berfirman, ‘Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).’ (an-Naml: 60)
Ayat ini termasuk ayat mukjizat tentang tumbuh-tumbuhan di dalam al-Qur’an.
Ayat ini mengaitkan antara air dan proses penumbuhan, karena air merupakan syarat utama dan pokok dari proses penumbuhan. Terkadang benih atau biji berdiam di tanah selama bertahun-tahun tanpa tumbuh dan tidak bergerak, sampai air turun padanya, lalu mulailah proses yang mengagumkan dan sarat mukjizat, yaitu proses penumbuhan. Anak-anak kita sering meletakkan biji atau benih di atas kapas basah, tetapi mereka tidak tahu bahwa mereka sedang melakukan salah satu proses kehidupan paling rumit di dunia tumbuhan dan kimia kehidupan. Proses ini digunakan Allah untuk menantang orang yang menyekutukan-Nya, agar mereka melakukan hal serupa tanpa melalui sarana-sarana Allah menciptakan segala sesuatu yang hidup, seperti janin dan air.
Ketika air menetesi benih atau biji, maka ia menyerap air dengan daya serap dan tekanan osmotik. Rumus-rumus air pada tumbuhan itu memiliki hukum matematika tersendiri yang rumit dan meletihkan kita untuk memahaminya melalui berbagai kajian, dan yang masih meletihkan para mahasiswa saat diberi penjelasan mengenainya.
Perhatikan kekuatan yang diletakkan Allah pada selaput biji atau kulit benih. Seandainya selaput itu tidak tembus air, maka air tidak sampai kepada janin di dalam biji atau benih, sehingga gagal-lah proses penumbuhan.
Sebagian benih memang memiliki kulit (sepatut benih) yang keras dan tidak tembus air secara sempurna (yaitu benih pohon jarak). Tetapi, Allah yang menciptakan segala sesuatu dengan baik itu membekali benih ini dengan lobang di bagian atas benih. Lobang ini dikelilingi dengan unsur spon yang menyerap air, yang disebut Caruncle, sehingga air dapat tembus melalui lobang tersebut dan sampai ke janin.
Apakah unsur spon ini tercipta secara kebetulan, bukan ciptaan Khaliq yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal? Ataukah ia diciptakan tanpa kekuatan dan kesadaran seperti klaim para pengatur teori Darwin dan orang-orang muslim Artikelalis yang tidak menyembah Allah dengan sebenar-benarnya penyembahan: ‘Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.’ (al-Hajj: 74)
Ketika air masuk ke benih atau biji, maka terjadilah perubahan-perubahan fisika dimana biji mengembang dan bertambah ukurannya akibat daya serap tersebut, sehingga ia merobek selaputnya. Dan pada waktu yang sama terjadi proses-proses kimiawi yang besar, dimana janin mulai mengeluarkan enzim-enzim pengurai Artikel-Artikel nutrisi yang tersimpan di dalam benih dan biji tersebut. Lalu ia mengubahnya—dari Artikel-Artikel yang kompleks susunannya, besar volumenya, tidak bisa menembus sel-sel janin, dan janin tidak bisa mendayagunakannya—menjadi Artikel yang sederhana susunannya, kecil partikel-partikelnya, bisa menembus melalui selaput dan dinding sel, sehingga janin bisa menyerap makanannya.
Gambar di atas adalah irisan benih, tampak lobang pada benih atau yang disebut Caruncle.
Yang mengagumkan adalah jenis enzim itu sesuai dengan jenis nutrisi yang tersimpan di dalamnya. Enzim-enzim ini mengurai sebagian Artikel yang sangat keras, seperti yang ada pada buah pohon doum yang sebagian dari kita mengolahnya menjadi pakaian yang keras. Enzim-enzim itu mengubahnya menjadi Artikel-Artikel yang lunak dan lembut seperti susu, manis rasanya, mudah dicerna dan diserap.
Proses-proses tersebut berlangsung dalam suhu 25-35 derajat celcius. Apabila kita ingin melakukan proses yang sama di laboratorium, maka kita membutuhkan beberapa bak air panas, asam pembakar dan pengurai. Kita juga membutuhkan beberapa alat pendingin, alat konsentrat, dan alat pengukur suhu yang tepat, serta para arsitek, ilmuwan, dan seniman yang jumlahnya lebih dari ratusan orang. Kita juga membutuhkan pabrik-pabrik yang sangat bising, mengeluarkan asap yang tinggi, dan mengakibatkan pencemaran lingkungan, serta membutuhkan modal yang sangat besar.
Proses ini terjadi dengan sangat tenang, di dalam benih yang diletakkan anak kecil di atas sepotong kapas yang dibasahi. Proses-proses yang rumit ini berlangsung di kebun yang sederhana, yang tidak mengenal equasi kimia, laboratorium, dan penelitian.
Siapakah yang berbuat demikian? Adakah tuhan selain Allah? Apakah itu alam, seperti pernyataan kaum Artikelalis sekuler. Sesungguhnya orang yang meyakini dan menyatakan hal demikian itu tidak berbeda pemikirannya dari mereka yang naif dan bodoh.
Mereka tidak berbeda dari orang yang mengatakan saat terjadi gempa, ‘Kerbau yang memikul bumi di atas salah satu tanduknya memindahkan beban ke tanduk yang satu karena capek.’
Proses kehidupan yang mengagumkan itu memulai pembelahan sel dan kromosom, menganyam jaringan dan membangun dinding. Keluar suhu panas, kehidupan berdenyut, hormon terbentuk, vitamin bekerja, organ tumbuh keluar, akar menghujam ke tanah, batang tumbuh ke atas, tangkai, daun, bunga, dan buah bermunculan, serta jutaan proses kehidupan lain yang sarat mukjizat.
Gambar menjelaskan proses pembelahan sel pada tumbuhan dengan kuasa Allah.
Proses kehidupan yang mengagumkan itu memulai pembelahan sel dan kromosom, menganyam jaringan dan membangun dinding. Suhu panas terpancar, kehidupan berdenyut, hormon terbentuk, vitamin bekerja, organ tumbuh keluar, akar menghujam ke tanah, batang tumbuh ke atas, tangkai, daun, bunga, dan buah bermunculan, serta jutaan proses kehidupan lain yang sarat mukjizat.
Siapakah yang membimbing benih-benih kepada perjalanan yang menakjubkan ini? Adakah tuhan selain Allah? Apakah alam yang tidak berkesadaran dan bisa berpikir itu mampu menciptakannya? Maha Benar Allah dalam firman-Nya, ‘Yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya?’ (an-Naml: 60)
Sumber : http://www.eramuslim.com/syariah/quran-sunnah/proses-tumbuhnya-benih.htm
0 comments:
Post a Comment