Novitasari
Mustaqimatul Haliyah
“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta
saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”
Marilah sejenak merenungi ayat demi ayat
yang tersaji indah dalam untaian kata surat cinta-Nya, Al-‘Asr.
Ketika kita tidak mampu mengatur waktu
dengan baik, maka akan sangat dekat dengan kebinasaan. Waktu ibarat samurai,
yang dapat menjadi senjata namun terkadang juga ia bisa melukai diri kita
sendiri. Tergantung bagaimana kita menggunakannya.
Manusia telah dikaruniai Allah SWT waktu 24
jam per hari. Akan tetapi betapa sia-sianya ketika waktu itu tidak digunakan
untuk hal-hal yang positif. Justru kita terlena ketika memiliki waktu luang,
kita seenaknya berleha-leha, berpangku tangan. Waktu luang merupakan sebuah
kenikmatan, namun sering dilupakan. Benar yang dikatakan Rasulullah ratusan
tahun yang lalu, “Dua macam kenikmatan dari nikmat-nikmat Allah, kebanyakan
umat manusia merugi padanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari).
Waktu luang harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, jangan sampai kosong
selamanya. Barangsiapa tidak menyibukkan dirinya dalam kebenaran, tentulah ia
akan disibukkan dalam kebatilan.
Kata Imam Al-Ghozali'
Yang Singkat Itu "WAKTU". Yang Menipu Itu
"DUNIA". Yang Dekat Itu "KEMATIAN". Yang Besar Itu
"HAWA NAFSU". Yang Berat Itu "AMANAH"Yang Sulit Itu
"IKHLAS". Yang Mudah Itu "BERBUAT DOSA". Yang Susah Itu
"SABAR". Yang Sering Lupa Itu "BERSYUKUR".Yang Membakar
Amal Itu "GHIBAH". Yang Mendorong Ke Neraka Itu
"LIDAH". Yang Berharga Itu
"IMAN". Yang Menenteramkan Hati Itu "TEMAN SEJATI". Yang
Ditunggu Allah SWT. Itu "TAUBAT".
Renungan:
Berapa waktu yang kita gunakan untuk
mengingat Allah? Semenit, dua menit, sejam dua jam? Atau tidak sama sekali?
Atau mengingat Allah hanya ketika ada panggilan untuk sholat? Sedangkan berapa
lama waktu untuk mengingat yang lain, berangan-angan yang tidak menentu? Lebih
banyakkah? Padahal ketika kita mengingat Allah di waktu luang, maka Allah akan
mengingat kita di waktu sempit.
Seberapa banyak intensitas kita dalam
membaca atau menghafalkan Al-Qur’an dibanding membuka dan membaca situs
jejaring sosial? Seberapa sering kita mengadu pada Allah atas apa yang menimpa
diri kita? Lebih suka mencurahkan semuanya pada Allah ataukah curhat di status
jejaring sosial? Update status galau, dan menebarkan virus-virus negatif kepada
para muslim yang lain. Niatnya berdakwah aktif, namun tak disangka yang
tercetus dan tertulis hanyalah status melankolis. Harusnya kita jadi muslim
inspiratif yang memanfaatkan waktu dan segala anugerah Allah dengan lebih
positif, kreatif dan inovatif, bukan malah menginspirasi dalam hal
negatif-provokatif.
Waktu begitu cepat berlalu, berputar bak
roda yang melaju kencang, menerjang segala halang-rintang. Waktu adalah
anugerah Allah yang Mahakuasa, yang akan sia-sia jika tak dipergunakan dengan
hal-hal yang penuh manfaat. Waktu kencang melaju, tak kan pernah kembali ke
masa lalu. Waktu melenakan qalbu, mampu membuat semuanya tersipu malu, enggan
memutar semua memori kelabu masa dulu. Ia terus melaju, melaju, dan melaju
tanpa mau menengok ke belakang dahulu. Jika saatnya ia berada pada garis finis,
maka pemiliknya akan merasakan manis atau pahitnya perbuatan dulu ketika waktu
masih berada pada peraduannya.
“Ya Allah,
jadikanlah akhir umurku sebaik-baik umur, akhir amal perbuatanku sebaik-baik
amal dan sebaik-baik hariku hari pertemuanku kepada-Mu.”
0 comments:
Post a Comment