Pada masa Jahiliah, Sa’ad bekerja sebagai pembuat panah dan menjualnya. Pekerjaannya ini membuat ia pandai memainkan panah dan menunggang kuda. Terdengarlah sebuah kabar mengenai dakwah Rasulullah untuk masuk Islam olehnya. Dengan sopan, ia menemui Rasulullah di sebuah jalanan pengunungan, kemudian segera mengumumkan keislamannya dan berpegang teguh dengan agama barunya itu. Ketika kaum Quraisy menindas umat Islam di Mekah, dan Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke Habsyi, ia tetap tinggal bersama Rasulullah, mengalami penindasan dan pemaksaan dari para kafir Quraisy, seperti umat Islam lainnya. Ia juga merasakan kelaparan dan kehausan seperti Rasulullah ketika mereka dikepung di daerah pegunungan Mekah oleh Quraisy.
Sa’ad menyaksikan semua pemandangan itu bersama Rasulullah. Ia pun bergabubg dengan tentara dan ikut berperang, bahkan ia menjadi komandan dalam beberapa perang itu. Ia berjuang dengan sangat gigih dalam perang Badar, dan bertempur dengan penuh kepahitan dalam perang Uhud. Setiap kali ia melemparkan panahnya, ia berseru, “Ya Allah, Goncangkanlah kaki mereka, dan gentarkanlah hati mereka!” sementara itu, Rasulullah berdo’a, “Ya Allah, kabulkanlah apa yang dikatakan oleh Sa’ad!” Sa’ad pun berperang dengan penuh semangat pada perang Uhud yang merupakan ujian yang berat itu, karena setiap satu hari, ia melemparkan lebih dari seribu panah. Sa’ad adalah salah seorang sahabat yang menjaga dan membela Rasulullah. Ia selalu berdiri di depan Rasulullah, menghujani kafir Quraisy dengan panahnya, sedangkan Rasulullahlah yang memberinya panah. Rasulullah pun berseru kepadanya, “Lemparkan panahmu demi membebaskan ayah dan ibumu, sahabat!"
Sa’ad berperilaku baik seperti perilaku Rasulullah. Ia selalu berbicara dengan Rasulullah karena mereka sangat dekat. Sa’ad pun melatih dirinya untuk dapat mengikuti jejak Rasulullah sampai ketika Rsulullah wafat, ia telah menjadi sahabat Rasulullah yang paling taat. Anas bin Malik menceritakan tentang dia, “Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba beliau berkata, ‘Sekarang ini, telah datang seorang dari penghuni syurga,’ kemudian Sa’ad bin Abi Waqqash muncul di hadapan kami.”
Abu Bakar RA. telah memilihnya sebagai ‘amil di Hawazan. Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah, kabar yang menggelisahkan mengenai persiapan perang
Sa’ad, sang komandan, keluar bersama pasukannya ke Rubu’,
Umat Islam berperang dengan dahsyat sampai akhirnya mereka memperoleh kemenangan. Meskipun medan perang telah penuh dengan para tentara Persia dan para mujahid muslim yang telah gugur, Sa’ad tetap tidak merasa puas, bahkan ia segera mengusir orang-orang Persia yang masih tersisa, dan menduduki daerah Babilonia dan beberapa kotanya, serta menyatukan Iraq dan beberapa negara bagian Persia dengan negara Islam. Ia pun menguasai harta rampasan perang yang tak terhitung nilainya.
Khalifah Umar selalu keluar ke
Sa’ad sangat menyayangi pasukannya, seperti seorang ibu menyayangi anak-anaknya, maka meraka juga membalas kasih sayangnya itu. Mereka pun selalu patuh padanya. Peperangannya di Iraq berpengaruh terhadap ketakjuban para teman seusianya dan umat Islam pada waktu itu. Mereka pun menjulukinya dengan ‘pahlawan Islam’. Ia telah masuk Islam pada usia 19 tahun. Menurut umat Islam perjalanan hidupnya adalah sebagai seorang panglima yang adil dan setia. Ketika maut menjemputnya, ia meminta kepada nak-anaknya untuk membawakan jubah bulu dari domba yang ia buru ketika perang Badar. Mereka pun segera membawakannya jubah itu. Setelah itu, ia meminta anak-anaknya untuk mengkafaninya dengan jubah tersebut. Kemudian, ia berpulang ke hadapan-Nya pada tahun 55 H, pada usia 72 tahun.
Inilah wafatnya sahabat terakhir yang merupakan salah seorang dari sepuluh sahabat yang masuk syurga.