Friday, October 10, 2008

Malu itu Penting

0 comments
Budaya Malu, oleh Prof. Dr. Achmad Satori Ismail (IKADI)

Ketika Abu Qilabah keluar untuk sholat berjamaah, bertemu dengan Umar bin Abd Al Aziz yang juga sedang menuju masjid untuk jama’ah sholat ashar. Beliau kelihatan membawa secarik kertas, maka Abu Qilabah bertanya: Wahai Amirul mukminin, geranga kertas apakah ini ? Beliau menjawab ini adalah secarik kertas berisi sebuah hadits yang aku riwayatkan dari Aun bin Abdillah. Aku tertarik sekali dengan hadits ini maka aku tulis dalam secarik kertas ini dan sering aku bawa. Abu Qulabah berkata; ternyata di dalamnya tertera sebuah hadits sbb. “Diriwayatkan dari Aun bin Abdillah, ia berkata: Aku berkata kepada Umar bin Abdil Aziz bahwa aku telah meriwayatkan hadits dari seorang sahabat nabi saw yang kemudian diketahuinya oleh Umar. Aku berkata, ia telah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw telah bersabda: “Sesungguhnya rasa malu, iffah ( menjauhi yang syubhat) , dan diamnya lisan bukanlah diamnya hati, serta pemahaman (agama) adalah termasuk dalam keimanan. Semuanya itu termasuk yang menambah dekat kepada akhirat dan mengurangi keduniaan, dan termasuk apa-apa yang lebih banyak menambah keakhiratan.Tapi Sebaliknya, Sesungguhnya ucapan jorok, perangai kasar dan kekikiran termasuk dalam kenifakan (prilaku kemunafikan) dan semuanya itu menambah dekat dengan dunia dan mengurangi keakhiratan serta lebih banyak merugikan akhirat.
(Sunan Ad Darami)

Kejadian di atas menunjukkan betapa besar perhatian Umar bin Abdil Aziz terhadap masalah yang mendorongnya untuk meningkatkan masalah keakhiratannya. Hadits tentang rasa malu ini mendapat perhatian khusus sehingga ditulis dalam secarik kertas yang sering dibawa kemana-mana. sampai waktu berangkat sholat jamaahpun dibawa pula. Di antara isi dari inti hadits ini bahwa rasa malu adalah sebagian dari iman dan bisa menambah urusan keakhiratannya..

Definisi rasa malu

Ketika seorang mau melanggar aturan agama misalnya, maka ia merasakan dalam dirinya sesuatu yang tidak enak, merasa malu ataupun rasa takut. Karena pelanggaran agama atau menentang disiplin bertentangan dengan fitrahnya sehingga menimbulkan rasa malu. Seorang yang ingin mencuri kemudian tidak jadi mencuri, karena dalam dirinya masih ada rasa malu. Namun bila rasa malu ini dikikis terus dengan pelanggaran maka hilanglah rasa malunya dan akhirnya menjadi orang yang memalukan, contohnya seorang wanita yang berpakaian ketat, pada awalnya ada rasa malu yang kemudian lama kelamaan menjadi hilang rasa malunya.

Keutamaan rasa malu:

1. Rasa malu adalah penghalang manusia dari perbuatan dosa

Rasa malu adalah pangkal semua kebaikan dalam kehidupan ini, sehingga kedudukannya dalam seluruh sifat keutamaan adalah bagaikan kepala dengan badan. Maksudnya, tanpa rasa malu maka sifat keutamaan lain akan mati. Dalam sebuah hadits disebutkan:

“Rasa malu tidak mendatangkan selain kebaikan.
Busyair bin Ka’b berkata: Dalam kata-kata bijak tertera :”Sesungguhnya rasa malu memiliki keagungan dan dalam rasa malu terdapat ketenangan” ( HR Bukhori dan Muslim)

2. Rasa malu merupakan salah satu cabang dari iman dan indicator nilai keimanan seseorang

Rasa malu adalah cabang dari iman. Seabagaimana Rasulullah saw menyatakan: “Iman terdiri dari enam puluh cabang lebih dan rasa malu sebagian cabang dari iman ( HR Bukhori)

Rasulullah saw melewati seorang anshor yang sedang menasehati saudaranya tentang rasa malu, maka Rasulullah bersabda: “ Biarkanlah ia memiliki rasa malu karena malu itu termasuk dalam keimanan”
(Bukhori dan Muslim)

Bahkan lebih dari itu, dalam hadits lain dinyatakan: “iman dan rasa malu merupakan pasangan dalam segala situasi dan kondisi. Bila rasa malu tidak ada maka imanpun akan sirna”( HR Al Hakim)

3. Rasa malu adalah inti akhlak islami

Anas r.a. meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah saw telah bersabda: “setiap agama memiliki akhlak dan akhlak Islam adalah rasa malu”.

Diriwayatkan dari Ya’la bahwa Rasulullah saw melihat seorang mandi di tanah lapang, maka Rasulullah seketika naik mimbar dan setelah memuji Allah beliau bersabda : “sesungguhnya Allah adalah Maha Malu yang suka menutupi ‘aib yang mencintai rasa malu. Jika salah seorang dari kamu mandi hendaklah ia mandi di tempat tertutup.

4. Rasa malu adalah benteng akhir keislaman seseorang

Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa nabi saw telah bersabda: “Sesungguhnya Allah azza Wajalla apabila hendak menghancurkan seorang hamba menarik darinya rasa malu, apabila rasa malu telah dicopot maka tidaklah kau jimpai dia kecuali dlam keadaan tercela dan dibenci, Bila sudah tercela dan dibenci maka akan dicopot darinya sifat amanah. Apabila sifat aamanah telah tercopot maka tidak kau jumpai dia kecuali menjadi seorang yang pengkhianat, bila sudah menjadi pengkhianat maka dicopot darinya sifat kasih sayang. Bila sifat kasih sayang telah dicopot darinya maka tidak kau jumpai dia kecuali dalam keadaan terlaknat dan bila dalam keadaan terlaknat maka akan dicopotlah ikatan islam darinya.

5. Rasa malu merupakan akhlak yang sejalan dengan fitrah manusia

Rasa malu sebagai hiasan semua perbuatan. Dalam hadits yang diriwayatkan Anas r.a. bahwa rasulullah saw telah bersabda: “Tidaklah ada suatu kekejian pada sesuatu perbuatan kecuali akan menjadinya tercela dan tidaklah ada suatu rasa malu pada sesuatu perbuatan kecuali akan menghiasinya.
(Musnad Ahmad)

Diriwayatkan dari Ibnu abbas r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda pada Al Asyaj al ‘Asry ; “Sesungguhnya dalamdirinmu terdapat dua sifat yang dicintai Allah yaitu kesabaran dan rasa malu.
( Musnad ahmad)

Diriwayatkan dari anas r.a. ia berkata: Rasulullah telah bersabda; Orang yang paling kasih sayang dari umatku adalah Abu Bakar r.a, orang yang paling tegas dalam masalah agama dri umatku adalah Umar r.a Orang yang paling merasa malu adalah Utsman r.a. Orang yang paling mengetahui halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal. Orang yang paling mengerti tentang Al quran adalah Ubay r.a. Orang yang paling mengetahui tentang faroidl adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat memiliki orang keperayaan dan orang kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah Ibn al jarroh.
(Musnad Ahmad)

Al Fudleil bin ‘iyadh menyatakan: Ketika manusia sudah tidak memiliki rasa malu lagi maka tidak ada bedanya dengan bianatang.


Karakteristik rasa malu

Diriwayatkan dari abdillah ibni Mas’ud r.a. ia berkata, Rasulullah telah bersabda pada suatu hari : “Milikilah rasa malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya.! Kami (para sahabat) berkata: Wahai rasulullah sesungguhnya kami alhamdulillah telah memiliki rasa malu. Rasulullah bersabda: “ Bukan sekedar itu akan tetapi barangsiapa yang mealu dari allah dengan sesungguhnya, hendaknya menjaga kepalanya dan apa yang ada di dalamnya, hendaknya ia menjaga peruta dan aapa yang didalamnya, hendaknya ia mengingat mati dan hari kehancuran. Dan barangsiapa menginginkan akhirat ia akan meninggalkan hiasan dunia . Barangisapa yang mengerjakan itu semua berarti ia telah merasa malu kepada allah dengan sesungguhnya.
(Musnad Ahmad)


Dalam hadits di atas kita dapat menarik empat karakteristik rasa malu yang sebenarnya yaitu:
1. Menjaga kepala dan sekitarnya
2. Menjaga perut dan segala isinya
3. Mengingat mati dan hari kehancuran
4. Menjadikan akhirat sebagai tujuan akhir.

Berikut ini penjelasan empat karakteristik rasa malu yang sebenarnya:
1. Menjaga kepala dan sekitarnya.

Yang dimaksud dengan menjaga kepala dan sekitaranya adalah sbb.
a. Menjaga indera penglihatannya agar jangan sampai melihat kepada yang haram, mencari-cari kesalahan orang lain dan hal-hal lain yang diharamkan Allah swt. Yang termasuk menjaga indera penglihatan adalah menggunakannya untuk membaca Alquran, mempelajari lmu, merenungi alam semesta dan bersengan-sengan dengan memandang yang halal.
b. Menjaga indera pendengaran dengan menggunakannya untuk mendengarkan bacaan Al Quran, mendengarkan pengajian dan menjauhi mendengarkan ghibah, namimah dsb
c. Menjaga lisan dengan mempergunakannya untuk dzikrullah, memberi nasehat, menyampaikan dakwah dan menjauhi segala ucapa yang diharamkan seperti adudomba, mengumpat, menghina orang lain dsb.
d. Menjaga mulut dengan membiasakan menggunakan siwak, memasukkan makanan yang halal dan menjauhi makanan yang haram. Menjauhi tertawa berlebihan dst.
e. Menjaga muka dengan membiasakan bermuka manis, tersenyum dan ceria setiap ketemu kawan.
f. Menjaga akal dengan menjauhi pemikiran yang sesat seperti pemikiran muktazilah, sekuler, islam liberal dsb.

2. Menjaga perut dan seisinya

Yang dimaksud dengan menjaga perut seisinya adalah:
a. Menjaga hati dengan menanamkan keikhlasan dan melakukan muhasabah serta menjauhi penyakit hati seperti riya’, ujub, sombong, kufur, syirik dsb.
b. Menjaga saluran pernafasan dengan tidak merusak saluran pernafasan seperti meokok dsb.
c. Menjaga kemaluan dengan menjauhi apa-apa yang diharamkan Allah seperti perzinahan dsb.
d. Menjaga saluran pencernaan dengan henya memasukkan makanan dan minuman yang halal saja.

3. Mengingat mati dan hari kiamat.

Mengingat mati akan membawa kita kepada upaya untuk meningkatkan ketakwaan . Kematian cukuplah bagi kita sebagai nasihat agar kita taubat dan kembali kepada Allah. Orang yang berbahagia adalah orang yang senantiasa melupakan kebaikan, mengingat dosa, mengingat kematian, melihat orang yang lebih rendah di bidang dunia dan melihat orang yang lebih baik dalam bidang akhirat. Orang yang mengingat kematian akan terdorong untuk menyiapkan bekal menuju akhirat dan melu melanggar larangan Allah

4. Menjadikan akhirat sebagi tujuan akhir.

Assindi mengatakan dalam syarah Sunan Ibni Majah sbb: Pengertian hadits “ Bila kamu tdiak memiliki rasa malu maka berbuatlah semaumu” adalah bahwa rasa malu itu merupakan benteng manusia dari perbuatan buruk. Orang yang memeiliki rasa malu terhadap Allah akan menghalanginya dari pelanggaran agama. Orang yang malu terhadap manusia akan menjauhi semua tardisi jelek manusia. Bila rasa malu ini hilang dari seseorang maka ia tidak peduli lagi terhadap perbuatan dan ucapannya. Perintah dalam hadits ini memiliki makna pemberitahuan yang intinya bahwa setiap orang harus melihat perbuatannya. Bila perbuatan itu tidak menimbulkan rasa malu maka hendaknya ia melakukannya bila sebaliknya ia harus meninggalkannya. (Sunan Ibni Majah syarh Sindi)

Bangsa Indonesia yang sudah tidak lagi memiliki budaya malu, harus kembali melaksanakan empat anjuran Rasulullah secara massif demi menuju kebangkitan menggapai kegemilangan di masa mendatang.


(Prof. Dr. Achmad Satori Ismail)
ikadi.org

Mengundang Kehadiran Malaikat Ke Rumah

0 comments





Tak seorang muslimpun yang tidak menginginkan rumah mereka senantiasa dihadiri oleh para malaikat Allah dan dijauhkan dari syetan. Sebab kehadiran mereka di rumah mereka akan melahirkan aura ketenteraman dan kesejukan dan kedamaian ruhani yang mengalir di rumah itu. Kehadiran mereka akan membuat rumah kita laksana surga.

Diantara para malaikat itu ada yang sengaja keliling untuk menebarkan rahmat dan kedamaian di tengah manusia sebagaiamna syetan berkeliling untuk menebarkan kejahatan di tengah mereka.

Lalu rumah mana saja yang akan dihadiri para malaikat itu?

Diantaranya adalah :
1. Rumah yang diliputi dzikir kepada Allah yang di dalamnya ada ruku dan sujud
2. Rumah yang senantiasa bersih
3. Rumah yang penghuninya adalah orang-orang yang jujur dan menepati janji
4. Rumah yang dihuni oleh orang-orang yang senantiasa menyambung tali silaturahim
5. Rumah yang dihuni oleh orang yang makanannya halal
6. Rumah yang dihuni oleh orang yang senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya.
7. Rumah yang senantiasa ada tilawah Al-Quran
8. Rumah yang dihuni oleh para penuntut ilmu
9. Rumah yang penghuninya ada isteri solehah
10. Rumah yang bersih dari barang-barang haram
11. Rumah yang dihuni oleh orang yang rendah hati, sabar, tawakal, qana’ah, dermawan pemaaf yang
senantiasa bersih lahir batin dan para penghuninya makan tidak terlalu banyak

Di bawah ini akan dipaparkan beberapa dalil yang menunjukkan pada hal di atas.

Mengenai orang-orang yang berada dalam majlis dzikir Rasulullah bersabda : “Jika kalian melewati kebun-kebun surga maka mampirlah di tempat itu! Para sahabat berkata, “Apa yang dimaksud dengan kebun-kebun surga itu wahai Rasulullah?” Nabi bersabda, “Kelompok manusia yang berdzikir. Karena sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang senantiasa keliling mencari kelompok manusia yang berdzikir dan jika mereka datang ke tempat mereka malaikat itu dan mengitarinya”, hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Umar sebagaimana disebutkan oleh An-Nawawi dalam buku Al-Adzkar. Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah bersabda

“Tidaklah sekali-kali sebuah kaum duduk dengan berdzikir kepada Allah kecuali mereka akan dikelilingi malaikat dan akan disirami rahmat dan akan turun kepada mereka ketenangan. Allah akan menyebutkan tentang mereka pada malaikat yang ada di sisi-Nya” (HR. Muslim)

Ini semua menunjukkan bahwa dzikir kepada Allah di rumah kita akan menjadikan malaikat memasuki rumah kita dan akan berada dengan kita. Sebaliknya rumah yang dikosongkan dengan dari dzikir maka malaikat juga akan menjauhinya.

Sementara itu orang yang membcan Al-Quran disebutkan dalam sabdanya : “Sesungguhnya rumah itu akan terasa luas bagi penghuninya, akan didatangi malaikat, dijauhi syetan dan akan membanjir pula kebaikan ke dalamnya, jika dibacakan Al-Quran di dalamnya. Sebaliknya, rumah itu akan terasa sempit bagi penghuninya, akan dijauhi malaikat dan akan didatangi syetan serta tidak akan banyak kebaikan di dalamnya, jika tidak dibacakan Al-Quran” (HR. Ad-Darimi).

Dengan membaca Al-Quran maka akan turun malaikat rahmat, akan datang kebaikan akan muncul ketenangan di dalam rumah kita. Rumah yang tidak ada bacaan Al-Quran maka ketahuilah bahwa rumah itu sebenarnya telah menjadi kuburan walaupun penghuninya masih bernyawa.

Tentang orang yang rajin menjalin silaturahmi, disebutkan dari Abu Hurairah bahwa seorang lelaki pergi untuk mengunjungi saudaranya di sebuah desa yang lain. Maka segera diperintahkan kepada malaikat untuk menemani orang itu. Tatkala malaikat bertemu dengan orang tadi maka dia bertanya : Kemana engkau akan pergi? Lelaki itu menjawab : Aku akan pergi mengunjungi saudara saya di desa itu! Malaikat itu bertanya : Apakah kau memiliki suatu nikmat yang akan kau berikan padanya? Orang itu berkata : Tidak, saya mengunjunginya semata karena saya mencintainya karena Allah! Malaikat itu berkata : “Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu. Allah telah mencintaimu sebagaimana kau mencintai orang itu” (HR. Muslim)

Mengenai penuntut ilmu yang dinaungi sayap malaikat Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya malaikat membentangkan sayapnya untuk para penuntut ilmu karena suka dengan apa yang sedang dia tuntut” (HR. Tirmidzi).

Tentang rumah orang dermawan yang akan dimasuki malaikat disebutkan dalam sebuah hadits bahwa malaikat akan senantiasa mendoakan mereka : Rasulullah Saw bersabda, “Tiap-tiap pagi malaikat turun, yang satu mendo’akan, “Ya Allah beri gantilah untuk yang menderma, dan yang lain berdo’a, Ya Allah Musnahkan harta si bakhil.”

Rumah-rumah yang di dalamnya ada kejujuran, ada kasih sayang, amanah, ada syukur dan sabar ada taubat dan istighfar akan senantiasa terbuka untuk dimasuki para malaikat sedangkan rumah-rumah yang selain itu maka maka malaikat akan menjauhi rumah tadi.

Rumah-rumah yang akan dijauhi malaikat misalnya, rumah yang di dalamnya ada anjing, ada patung-patung dan gambar-gambar, dan ada bau busuk di rumah itu.

Islam adalah agama yang cinta kebersihan sehingga mengingatkan bahayanya memiliki anjing, bahkan melarang memelihara anjing kecuali untuk kepentingan penjagaan keamanan atau pertanian. Tidak sedikit nash hadits yang menyatakan bahwa malaikat rahmat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan pahala pemilik anjing akan susut atau berkurang. Rasulullah bersabda: “ Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan juga tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat gambar (patung)" [HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i dan Ibnu Majah]

Ibnu Hajar berkata : "Ungkapan malaikat tidak akan memasuki...." menunjukkan malaikat secara umum (malaikat rahmat, malaikat hafazah, dan malaikat lainnya)". Tetapi, pendapat lain mengatakan : "Kecuali malaikat hafazah, mereka tetap memasuki rumah setiap orang karena tugas mereka adalah mendampingi manusia sehingga tidak pernah berpisah sedetikpun dengan manusia. Pendapat tersebut dikemukakan oleh Ibnu Wadhdhah, Imam Al-Khaththabi, dan yang lainnya.

Sementara itu, yang dimaksud dengan ungkapan rumah pada hadits di atas adalah tempat tinggal seseorang, baik berupa rumah, gubuk, tenda, dan sejenisnya. Sedangkan ungkapan anjing pada hadits tersebut mencakup semua jenis anjing. Imam Qurthubi berkata : "Telah terjadi ikhtilaf di antara para ulama tentang sebab-sebabnya malaikat rahmat tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat anjing. Sebagian ulama mengatakan karena anjing itu najis, yang lain mengatakan bahwa ada anjing yang diserupai oleh setan, sedangkan yang lainnya mengatakan karena di tubuh anjing menempel najis.” Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengadakan perjanjian dengan Jibril bahwa Jibril akan datang. Ketika waktu pertemuan itu tiba, ternyata Jibril tidak datang. Sambil melepaskan tongkat yang dipegangnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Allah tidak mungkin mengingkari janjinya, tetapi mengapa Jibril belum datang ?" Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menoleh, ternyata beliau melihat seekor anak anjing di bawah tempat tidur. "Kapan anjing ini masuk ?" tanya beliau. Aku (Aisyah) menyahut : "Entahlah". Setelah anjing itu dikeluarkan, masuklah malaikat Jibril. "Mengapa engkau terlambat ? tanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Jibril. Jibril menjawab: "Karena tadi di rumahmu ada anjing. Ketahuilah, kami tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar (patung)" [HR. Muslim].

Malaikat rahmat pun tidak akan mendampingi suatu kaum yang terdiri atas orang-orang yang berteman dengan anjing. Abu Haurairah Radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa Rasulullah bersabda : “ Malaikat tidak akan menemani kelompok manusia yang di tengah-tengah mereka terdapat anjing". [HR Muslim]

Imam Nawawi mengomentari hadits tersebut : "Hadits di atas memberikan petunjuk bahwa membawa anjing dan lonceng pada perjalanan merupakan perbuatan yang dibenci dan malaikat tidak akan menemani perjalanan mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan malaikat adalah malaikat rahmat (yang suka memintakan ampun) bukan malaikat hafazhah yang mencatat amal manusia. [Lihat Syarah Shahih Muslim 14/94]

Malaikat juga tidak suka masuk rumah yang berbau tidak sedap. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang memakan bawang putih, bawang merah, dan makanan tidak sedap lainnya, maka jangan sekali-kali ia mendekati (memasuki) masjid kami, oleh karena sesungguhnya para malaikat terganggu dari apa-apa yang mengganggu manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Juga adanya penghuni rumah yang mengancam saudaranya (muslim) dengan senjata. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa mengarahkan (mengancam) saudaranya (muslim) dengan benda besi (pisau misalnya), maka orang itu dilaknat oleh malaikat, sekalipun orang itu adalah saudara kandungnya sendiri.” (HR Muslim).

Kita semua berharap rumah kita akan senantiasa dikelilingi malaikat dan dijauhkan dari syetan laknat. Maka tidak ada cara lain bagi kita kecuali senantiasa meningkatkan bobot dan kapasitas keimanan, keislaman dan keihsanan kita, setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Peningkatan ini kita butuhkan karena hidup ini tidak pernah henti berputar. Waktu kita terus bergulir dan kita tidak bisa menghentikannya. Umur kita terus mengkerut dan kita tidak bisa lagi merentangnya. Hanya ada satu kata dalam kehidupan kita : beramal saleh dengan segera, tanpa ditunda!!

(Sumber : Samson Rahman, MA , http://swaramuslim.net)